Semarak investasi, khususnya di pasar modal, diprediksi terus berlanjut tahun ini sejalan dengan meluasnya teknologi digital. Meski kilau sejumlah instrumen investasi masih dibayang-bayangi oleh pandemi Covid-19 yang belum berlalu dan lambannya laju pemulihan ekonomi. Gelembung investasi di pasar modal juga bakal terus dipompa oleh kehadiran para investor retail, khususnya investor muda, yang jumlahnya meningkat pesat. PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, per 17 Desember 2021 jumlah investor menembus angka 7,3 juta orang. Jumlahnya melonjak 89,6% dari total investor pada 2020.
Kamu mungkin sudah pernah mendengar istilah investasi sebelumnya. Nah, yang mungkin kamu belum mengerti, sebaiknya investasi dalam bentuk apa sih? Investasi sebenarnya bisa dibilang gampang-gampang susah. Gampang jika kamu sudah memahaminya dan susah jika kamu sama sekali tidak memahami investasi yang kamu beli alias seperti membeli kucing dalam karung.
Lantas, dari ketiga pilihan di atas, investasi mana sih yang paling cocok buat kamu? Jawabannya adalah ketiganya. Setiap dari investasi memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri sehingga solusi yang paling tepat adalah memiliki ketiga-tiganya untuk bisa memperoleh hasil yang optimal.
Idealnya, jika kamu masih muda dan tidak memiliki tanggungan, maka porsi saham dalam total investasi ini bisa diperbesar. Namun sebaliknya, apabila kamu memiliki banyak tanggungan dan/atau mendekati masa pensiun, maka porsi deposito dan/atau obligasi bisa diperbesar.
Dalam survei Katadata Insight Center (KIC) berjudul "Investasi Pilihan Generasi Muda", 66,1% dari 1.939 responden menganggap investasi saham saat ini yang paling praktis. Sedangkan yang kekinian dan modern adalah mata uang kripto atau cryptocurrency. Untuk kelompok investasi digital, para investor tersebut mayoritas memilih reksadana dan saham. Sedangkan emas menjadi pilihan umum untuk menanamkan modal. Lebih dari 60% responden mengaku memilikinya.
P
Para investor tersebut, umumnya memakai gaji bulanan dan hasil usaha untuk berinvestasi. Responden yang sudah menikah dan memiliki anak, cenderung memilih investasi tradisional dengan risiko kecil. Contohnya adalah emas, tanah, properti, dan bisnis). Sebaliknya, investor yang masih melajang dan belum punya anak lebih banyak menanamkan uangnya di investasi digial. Persepsi mereka yang memilik risiko sedang hingga tinggi adalah saham dan reksadana. Para investor tersebut memilih berinvestasi dengan alasan kemudahan penjualan kembali. Di bawahnya baru keamanan, keuntungan, dan pertambahan nilainya.
Resiko & Tingkat Pengembalian, Risk & Return
Investasi berkaitan dengan risk & return (resiko dan potensi tingkat pengembalian investasi). Secara umum, jika return dari suatu investasi semakin besar, maka risk-nya juga akan semakin besar. Demikian sebaliknya — jika return dari suatu investasi semakin kecil, maka risk-nya juga akan semakin kecil. Disinilah profil setiap investor berbeda-beda. Sebagai investor di pasar modal kita dapat memilih jenis investasi apa saja yang akan kita lakukan. Jenis investasi ini biasanya terbagi dalam beberapa kategori berdasarkan resikonya. Untuk mudahnya — sebut saja resiko rendah, sedang, dan tinggi dimana profil investor-nya disebut sebagai investor konservatif, investor moderat dan investor agresif. Investor biasanya akan melakukan investasi (menempatkan dananya untuk dikelola oleh manajer investasi) berdasarkan profil resikonya masing-masing.
Investor Konservatif — Investasi Resiko Rendah
Investor yang menempatkan sebagian besar dananya untuk investasi (≥80%) pada instrumen investasi resiko rendah seperti tabungan dan deposito masuk dalam kategori investor konservatif. Investor ini tidak mau mentoleransi adanya kerugian dan tidak mau terpengaruh fluktuasi instrumen investasi di pasar uang. Portfolio reksadana yang cocok dengan tipe investor konservatif adalah reksadana dengan resiko rendah (low risk mutual fund). Reksadana ini biasanya masuk dalam kategori pendapatan tetap (fixed income) yang terdiri dari obligasi pemerintah (government bond) dan deposito berjangka (time deposit) dari bank-bank pemerintah. Reksadana yang dikelola oleh manajer investasi ini relatif aman dengan ekspektasi return yang lebih tinggi dari inflasi. Beberapa contoh reksadana dengan resiko rendah adalah Reksa Dana Schroder Dana Liquid, Manulife Dana Kas II Kelas A, Reksa Dana BNP Paribas Prima II Kelas RK1, dan Mandiri Investa Pasar Uang. Reksadana ini lebih disarankan untuk investor pemula.
Investor Agresif — Investasi Resiko Tinggi
Investor agresif menempatkan sebagian besar dana investasinya (≥80%) pada instrumen investasi beresiko tinggi (high risk) seperti saham (stocks). Investor ini dapat mentoleransi adanya potensi resiko kerugian yang tinggi yang disebabkan oleh fluktuasi (volatilitas yang tinggi) instrumen investasi di pasar uang dan pasar modal. Harapannya, mendapatkan potensi tingkat pengembalian investasi yang tinggi (high return) dalam jangka waktu tertentu. Investor dengan profil resiko tinggi dapat melakukan penempatan pada high risk mutual fund: reksadana berbasis saham, mata uang asing (forex), atau penempatan di luar negeri (offshore). Contoh reksadana untuk saham: Eastspring Investments Value Discovery Kelas A, Sucorinvest Saham Dinamis, dan Batavia Dana Saham Optimal. Untuk mata uang asing: Manulife Greater Indonesia Fund. Sedangkan contoh reksadana untuk offshore berbasis USD: Schroder Global Sharia Equity Fund.
Investor Moderat — Investasi Resiko Menengah
Investor moderat menginvestasikan dananya pada instrumen investasi yang dapat memberikan potensi return yang lebih tinggi, namun menghindari adanya potensi kerugian yang besar. Portfolio investasinya bisa seimbang antara instrumen investasi high risk: low risk. 50%:50% misalnya, atau sedikit cenderung lebih banyak ke instrumen yang bersifat high risk (instrumen high risk sampai 80%-nya). Portfolio reksadana dengan resiko sedang (medium risk mutual fund) biasanya berada di antara kedua portfolio di atas, termasuk investasi pada pasar uang dan saham perusahaan-perusahaan skala besar (pemerintah maupun swasta) yang sudah mapan pada industri yang relatif stabil. Artinya, pergerakan harga (volatilitas)-nya relatif sedang. Sering kita menemukan nama “reksadana campuran” pada kategori ini. Contohnya: Manulife Dana Campuran II, FWD Asset Bond Fund, dan Eastspring Investments IDR High Grade Kelas A.
Mari Mulai Berinvestasi
Reksadana yang baik memiliki kinerja yang mampu mengungguli tolok ukurnya/benchmark. Benchmark reksadana pendapatan tetap adalah indeks obligasi. Benchmark reksadana pasar uang adalah rata-rata bunga deposito. Benchmark reksadana saham adalah Index Harga Saham Gabungan (IHSG) atau disebut juga Indonesia Composite Index (ICI). Nah, profil investor (konservatif, moderat, maupun agresif) biasanya ditentukan oleh beberapa hal (Digibank Reksadana, 2022a). Saat kita mendaftar untuk melakukan investasi, biasanya manajer investasi perlu mengetahui profil kita sebelum merekomendasikan instrumen investasi yang cocok dan tepat.
Tujuan dan jangka waktu investasi.
Pengalaman berinvestasi sebelumnya.
Resiko yang bisa ditoleransi dalam berinvestasi.
Apakah kebutuhan sehari-hari bergantung kepada dari hasil investasi?
Semoga artikel ini memberikan gambaran awal mengenai potensi return dan juga resiko dalam berinvestasi pada reksadana.
Referensi:
Aditya Nugroho | Meneropong Gairah Baru Prospek Investasi | 2022 | https://katadata.co.id/yurasyahrul/analisisdata/62012ee2968d8/meneropong-gairah-baru-prospek-investasi-2022
Andi Sama | Mulai belajar Investasi? Mari Mengenal Reksadana | 2022 | https://andisama.medium.com/mulai-belajar-investasi-mari-mengenal-reksadana-7d3c5552973f
Edwin Santoso | Susah Tidak Susah: Memahami Investasi | 2022 |
https://www.ovo.id/news/detail/susah-tidak-susah-memahami-investasi
Comments