top of page

IHSG Naik Jika Dow Jones Naik, Mitos atau Fakta?

  • Writer: luthfiproject
    luthfiproject
  • Dec 21, 2022
  • 2 min read

Bila Indonesia memiliki Indeks Harga Sagam Gabungan (IHSG) sebagai indeks utama di bursa saham, di Amerika Serikat terdapat tiga indeks utama yang menjadi indikator investasi bagi pelaku pasar keuangan atau investor. Ketiga indeks tersebut yakni Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq Composite.


Sesuai dengan namanya, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG adalah sebuah indeks pasar saham yang digunakan oleh BEI sebagai indikator pergerakan harga saham.

Indeks ini mencakup semua harga saham biasa dan preferensi yang tercatat dalam BEI. Artinya, pergerakan indeks menggambarkan apakah pasar saham sedang aktif atau lesu.


Seperti yang diketahui bahwa saham merupakan produk dari pasar modal. Saham adalah penyertaan modal dalam kepemilikan sebuah perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut dengan emiten. Sedangkan harga saham adalah nilai suatu saham di bursa efek yang dijadikan patokan saat akan melakukan transaksi jual beli.


Kamu dapat melihat harga saham secara real-time di situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI). Ratusan saham yang terdaftar di BEI akan dikategorikan dalam beberapa sektor, misalnya perbankan, properti, retail, perkebunan, pertambangan, dan lainnya. Di situs BEI terdapat daftar harga saham perusahaan yang terdaftar, kemudian dirangkum dalam Indeks Harga.


Buat investor saham lokal, jebloknya IHSG itu seriing buat sedih kan. Bikin saham peliharaan kita pada turun harganya. Biasanya dari sekian banyak indeks yang ada di dunia ini, ada kemiripan antara ISHG dengan salah satu indeks, yaitu Dow Jones (DJI)


Pergerakan DJI dan IHSG itu mirip ?50% dalam rentang 2000-2020, dan di tahun 2010 kemiripan dua indeks ini mencapai 76,9% loh. Dalam dua dekade tersebut, tercatat 10 tahun di mana terjadi kemiripan pergerakan DJIA dan IHSG yang diatas rata-rata. Sepuluh tahun yang dimaksud adalah 2003, 2006, 2007, 2009, 2010, 2015, 2017, 2018, 2019, dan 2020. Dari 10 tahun yang disebutkan di atas, tercatat pula akan adanya kemiripan pergerakan yang lebih dari 73%, yaitu pada 2009, 2010, 2018, dan 2020.



Ada tahun-tahun di mana kemiripan pergerakan DJIA dan IHSG di atas rata-rata


Kok bisa samaan ya? Janjian gitu?


Jadi waktu Dow turun signifikan, katakanlah 2 – 3% dalam sehari atau total 5 – 10% dalam seminggu, maka beritanya akan santer terdengar (bahwa Dow turun), dan itu bisa bikin investor di Indonesia panik minimal sesaat, dan imbasnya IHSG bisa ikut turun pada hari/minggu tersebut (meski seringkali, turunnya nggak banyak).


Simpelnya, jika seorang investor sebelumnya sudah berencana untuk membeli saham tertentu pada hari tertentu, maka bisa jadi ia akan menunda rencananya tersebut jika pada malam harinya Dow turun. Dan kalau ada banyak orang yang gak jadi beli saham karena khawatir dengan penurunan Dow, sementara yang jualan tetep banyak, maka otomatis IHSG akan ikut turun.


Naik turunnya Dow ini hanyalah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG dan saham-saham didalamnya.

Ketika seorang investor hendak membeli sebuah saham, maka tentu dalam pertimbangannya saham tersebut berfundamental bagus dst. Thus, ketika Dow turun dan penurunannya tersebut menjadi headline dimana-mana, maka si investor mungkin menunda rencana buy-nya, tapi ia hanya menunda dan bukan membatalkannya. Sehingga kalau nanti Dow naik lagi, dan Dow pasti akan naik lagi, maka ia tetap akan buy, dan alhasil saham-saham di Indonesia tetap akan naik.


Jadi meski pergerakan Dow dan IHSG tidak selalu seiringan, tapi benar bahwa Dow berpengaruh ke IHSG, minimal dalam jangka pendek.



Referensi:

Comments


bottom of page